Minggu, 27 April 2008

IFTITAH

ENSIKLOPEDIA ISLAM INDONESIA JILID 2 I – N
IAIN SYARIF HIDAYATULLAH
PROF. DR. H. HARUN NASUTION
PENERBIT DJAMBATAN
CETAKAN 2002
PERPUSTAKAAN SMKN 4 BANDUNG
KODE BUKU 297.03/NAS/e2
Halaman 423 sampai dengan halaman 424

Iftitah berasal dari akar kata Arab fataha-yaftahu-fath, artinya membuka, pembukaan, mulai, permulaan, pengantar. Khutbah iftitah artinya khutbah pembukaan, khutbah permulaan atau khutbah pengantar. Doa iftitah artinya doa pembukaan, doa permulaan.
Acara-acara seremonial Islam atau tulisan Islam biasanya diawali dengan khutbah iftitah, yang terdiri dari pembacaan atau penulisan salam kemudian secara berturut-turut basmalah, hamdalah, shalawat dan salam kepada Nabi, keluarga dan shahabat serta pengikutnya. Misalnya yang paling singkat: “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh, bismillah, alhamdulillah, assalatu wa assalamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wanashabihi wa man walah’. (Artinya: Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan semoga dilimpahkan kepada anda sekalian. Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, keselamatan dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada utusan Allah, keluarganya, shahabatnya serta pengikut-pengikutnya sesudah mereka).
Kata iftitah dalam fikih Islam menunjuk kepada salah satu doa dalam shalat yang dibaca setelah takbiratul ihram sebelum membaca surat al-Fatihah. Dinamai doa iftitah karena merupakan doa pertama dalam shalat.
Doa iftitah ini hukumnya sunat, jika dibaca mendapat pahala, jika tidak dibaca tidak mengurangi keabsahan shalat.
Ada beberapa bentuk doa iftitah yang dicontohkan Rasulullah antara lain yang berupa doa berdasarkan hadits dari Abu Hurairah:
“Allahumma ba’id bainiy wa baina khatayaya kama ba’adta baina al-masyriqi wa al-magribi; Allahumma naqqiniy min khatayaya kama yunaqqa sawba al-abyadi min ad-danasi; Allahumma agsilniy min khatayaya bi as-Salji wa al-ma’i wa al-baradi”. (Riwayat Bukhari, wa Muslim, wa asbah as-Sunan illa at-Tirmizi). Artinya: “Ya Allah jauhkanlah antara diriku dengan kesalahanku seperti Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah diriku dari kesalahan seperti bersihnya kain putih dari segala kotoran. Ya Allah cucilah kesalahanku dengan air, salju dan embun”. (Riwayat al-Jama’ah, kecuali at-Tirmizi).
Ada yang berupa ikrar penyerahan diri secara bulat kepada Allah, sebagaimana dicontohkan Rasulullah berdasarkan hadits dari Ali ibnu Abi Thalib: “Allahu akbar kabira wa al-hamdulillahi bukratan wa ashila; inni wajjahtu wajhiya li al-lazi fatara as-samawati wa al-arda hanifan musliman wa ma ana min al-musyrikin; inna salati wa nusuki wa mahyaya wa mamati li Allahi Rabb al-‘Alamin; La Syarika lahu wa bi zalika umirtu wa ana min al-muslimin”. (Rawahu Ahmad, wa Muslim wa at-Tirmizi ‘an ‘Ali ibn Abi Thalib). (Artinya: “Allah Maha Besar, senantiasa Maha Besar dan segala puji hanya Allah, di waktu pagi dan petang, aku hadapkan wajahku ke hadirat Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dengan tunduk dan menyerah diri; dan sekali-kali tidaklah aku termasuk golongan orang-orang musyrik; Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah bagi Allah tuhan seru sekalian alam; tidak ada sekutu bagi-Nya; dan dengan demikian itulah aku diperintahkan dan aku adalah dari golongan orang-orang muslim”. (Riwayat Ahmad, Muslim, at-Tirmizi dari Ali ibnu Abi Thalib).
Ada yang berupa pembacaan tasbih dan tahmid seperti dicontohkan Rasulullah, berdasarkan hadits yang diriwayatkan Umar ibn al-Khattab: “Subhanaka allahumma wa bi hamdika wa tabaraka ismuka wa ta’ala jadduka wa la ilaha gairuka”. (Rawahu Muslim wa Daruqutni). Artinya: “Maha Suci Engkau, dengan segala puji-Mu, Maha Besar nama-Mu dan Maha Tinggi, dan tidak ada Tuhan selain Engkau”. (Riwayat Muslim dan Daruqutni).

Tidak ada komentar: